MENU

Surga di balik kota asri wonosobo,


Jarum jam menunjukan pukul 2 pagi, ketika saya terbangun karena mendengar teriakan kernet bus. “Kerto, kerto, kerto,“ teriaknya membangunkan setiap penumpang. Ternyata bis yang saya tumpangi berhenti di terminal Purwekerto, salah satu kota di Kaki Gunung Slamet, Jawa Tengah. Masih sekitar 2, 5 jam lagi untuk sampai ke Wonosobo, tujuan dari perjalanan saya kali ini. Sebelumnya saya bersama beberapa teman, menaiki bis dari terminal Cicaheum, Bandung menuju Wonosobo.
Bersamaan dengan azan shubuh akhirnya bis memasuki terminal Mendolo, kabupaten Wonosobo. Udara sejuk menyambut kami di kawasan yang dulunya merupakan bagian dari kekuasaan kerajaan Mataram Kuno ini. Ransel gunung yang kami bawa, membuat beberapa orang yang ada di terminal menanyakan tujuan kami di Wonosobo.
"Kalian mau naik Sindoro atau Sumbing atau mau ke Dieng. Kalau ke Dieng mending nyewa angkot aja biar nggak ribet,” ujarnya lelaki terminal dengan logat Jawa yang kental.
Setelah berunding dengan beberapa kawan akhirnya kami memutuskan untuk mencarter angkot menuju Dieng. Seminggu sebelumnya kami memang telah bersepakat untuk mendaki Gunung Prau di kawasan dataran tinggi Dieng. Setelah tawar menawar akhirnya kami berangkat ke dataran tinggi Dieng.
Perjalanan kami dari terminal Mendolo menuju dataran tinggi Dieng disambut dengan mentari pagi khas pegunungan. Bahkan kami merasa takjub dengan pemandangan yang terhampar di sepanjang jalan. Mulai perkebunan – perkebunan, petani – petani yang turun naik angkot bertelanjang kaki yang hendak berkerbun. Tentu saja sepasang gunung, Sindoro dan Sumbing yang katanya adalah jelmaan sepasang saudara.
Konon ceritanya dulu kala ada keluarga yang memiliki sopesang anak. Tetapi kedua anak tersebut selalu bertengkar setiap hari. Hingga membuat bapak dari kedua anak tersebut jengkel. Ditengah kejengkelannya, bapak tersebut menampar salah satu anaknya hingga bibir si anak sumbing. Dari situlah, asal muasal nama gunung Sumbing. Sedangkan sindoro berasal dari kata ‘ndoro’ yang menggambarkan anak yang lain. Banyak cerita yang meliputi gunung Sindoro hingga menjadi legenda di kalangan masyarakat Wonosobo, Temanggung, dan Magelang. Tetapi legenda tersebut justru menambahkan ketakjuban kami atas dua gunung tersebut.
Wonosobo memiliki destinasi wisata yang bisa dinikmati siapa saja. Bila Anda hobi tracking gunung ada beberapa gunung yang wajib Anda daki. Selain Sindoro dan Sumbing, ada Sikunir dan Prau. Gunung yang disebut terakhir adalah yang akan kami naiki. Destinasi selanjutnya, kompleks Candi Arjuna. Di kompleks inipengunjung akan menemukan jejak Mataram kuno. Setiap tahunnya, ada Dieng Culture Festival (DCF) di kompleks ini. Salah satu agenda DCF yang paling ditunggu adalah ritual pemotongan rambut gimbal.
Kemudian terdapat kawah Sikidang yang masih aktif. Bagi yang tidak tahan dengan bau belerang disarankan untuk tidak mengunjungi tempat ini. Di tempat ini endapan belerang masih banyak, sehingga buih dan aliran air kecil yang keluar terasa hangat.
Tentu saja kurang afdol bila menyebut Dieng tidak menyebut telaga warna. Mata kita akan disuguhi pemandangan yang tidak biasa. Dimana telaga ini merupakan bekas letusan Gunung Purba Dieng.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Everyting

motogp